Kamis, 23 Agustus 2018

Menjadi apa dalam pertanian?

Selamat pagi, 24 Agustus 2018. 

Ada keresahan yang selama ini masih belum saya simpulkan jawabannya dan semoga dalam waktu dekat analisa saya selesai hingga membulatkan kesimpulan bagi saya pribadi setidaknya. Yang saya tulis ini akan sangat mengambang karena masih dalam posisi pokok permasalahan, belum menuju ke teori, analisis ,pembahasan apalagi kearah simpulan.

Tentang kemana arah dunia pertanian harus dibawa. Mengapa saya memikirkan itu? tergerak menjadi kewajiban seorang lulusan pertanian untuk memikirkan masalah tersebut seperti halnya seorang arsitek ingin mengembangan dunia rancang bangun atau seorang astronom ingin menjelajahi semesta. Dan dasar saya memikirkan masalah ini karena menurut keterbatasan pemikiran saya, arah dunia pertanian di Indonesia ini belum jelas mau dibawa kemana. Berbagai pilihan jalan masih menggantung untuk mewujudkan Ketahanan pangan atau bahkan Indonesia berdaulat pangan. 

Berbagai kalangan belum solid arahnya untuk mencapai tujuan yang sama. Sebagai contoh praktisi pertanian organik menginginkan pertanian masa depan adalah pertanian ramah lingkungan yang tanpa meninggalkan residu yang dapat merusak alam, namun sebagian besar mereka menjual produknya dengan harga lebih tinggi dari pertanian kimiawi yang sampai saat ini pangsa pasarnya tersendiri sehingga saya rasa masih menjadi samar untuk diterapkan dalam mencapai ketahanan pangan. Pelaku usaha pertanian konvensional menggenjot produksinya dengan penambahan berbagai eksternal input  untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang diinginkan serta sebagian menganggap pertanian masa depan adalah pertanian dengan teknologi modern serta maju yang lebih mengarahkan untuk mencapai produk kualitas terbaik dan produktivitas tertinggi. Pemangku kebijakan juga sepertinya masih limbung tentang arah pertanian, seperti diketahui ganti menteri ganti lagi kebijakannya dan mungkin akan selamanya seperti itu. Perusahaan penunjang pertanian seperti pestisida,pupuk,alat pertanian, ZPT dll tentu sebagian besar orientasinya adalah profit dan bagi mereka arah pertanian Indonesia yang terbaik adalah yang akan memberikan mereka profit paling tinggi.Lain lagi LSM yang kepentingannya dan latar belakangnya tentu macam macam.

Lain lagi para petani. Petani itu macam macam menurut pengamatan saya. Jika yang saya sebutkan di atas tadi adalah pelaku usaha pertanian maka masih banyak macam petani di Indonesia dengan berbagai pengelompokannya. Ada petani pedesaan, pinggiran dan perkotaan berdasarkan lokasinya. Ada petani sayur, palawija, perkebunan, kehutanan dll berdasarkan komoditasnya. Ada petani pesisir, dataran rendah, dataran tinggi menurut kondisi wilayahnya. Masih banyak pengelompokan lainnya yang tentu saja memiliki cara pandang dan pola pikir yang berbeda beda terhadap arah pertanian.

Mau dibawa kearah mana dunia pertanian di Indonesia? akankah dibiarkan mengalir seperti ini saja tanpa arah hingga kelak akan menemukan jalannya sendiri. Akankah dipaksakan ke arah pertanian ramah lingkungan. Akankah diarahkan menjadi pertanian modern dengan penerapan segala perkembangan ilmu pengetahuan. Ataukah ditutup saja pertanian dengan berbagai msalahnya ini adn mungkin mengandalkan impor. Berbagai opsi tersedia dan berpeluang besar untuk diambil dalam perjalanan dunia pertanian Indonesia kedepan.

Setidaknya tidak usah jauh jauh mengarah skala Nasional, yang saya pribadi ingin pastikan adalah kontribusi paling tepat apa yang bisa saya sumbangkan untuk pertanian Indonesia. Hingga saat ini saya masih belum sepenuhnya mengambil tindakan karena belum mengambil suatu simpulan yang bulat. Apakah akan terjun sabagai peneliti dengan berbagai riset tentang pertanian, sebagai pelaku usaha pertanian, pelaku usaha penunjang pertanian, sebagai pemangku kebijakan pertanian, dan masih banyak opsi lain yang tentu saja masih saya pertimbangkan.

Mengapa harus dipertimbangkan? karena bisa jadi pilihan yang diambil justru malah secara tidak langsung menjadi masalah bagi pertanian kedepannya. Masih ingat tentang gencarnya usaha swasembada pangan diaplikasikan oleh para insinyur pertaniaan pada waktu yang lalu? berbagai input kimia masuk dan memang sukses pada saat itu produktivitas melambung naik pada saat itu namun menjadi masalah dikemudian hari tentang input kimiawi yang masih saja meninggalkan jejak diatas bumi pertiwi.

Langkah tetap harus diambil, bukan menjadi seorang apatis terhadap pertanian namun tentang langkah bagi diri sendiri untuk dapat berkontribusi positif terhadap pertanian. Meskipun kebenaran selalu saja samar dan yang terang terlihat adalah pembenaran.

0 komentar:

Posting Komentar